Selasa, 13 Mei 2014

Critical book report



A.    IDENTITAS BUKU
Judul buku                  : MENINGGAL ADAT DALIHAN NATOLU
Judul resensi buku       : MENINGGAL ADAT DALIHAN NATOLU
Penulis                         :Drs. Richard Sinaga (Op livia)
Penerbit                       :Dian utama dan Kerabat (Kerukunan Masyarakat Batak
Tahun terbit                 : 2013
Kota terbit                   : Jakarta
Jumlah halaman           : 143
No ISBN                     :979-95576-1-5
Harga                          : 40.000
B.     RANGKUMAN DARI ISI BUKU
MENINGGAL ADAT DALIHAN NATOLU
            Pada bagian pertama ini membahas tentang makhluk berbudaya. Bahwa sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang memiliki pikiran atau akal budi yang dapat bekerja dan menghasilkan sesuatu yang di anggap berguna atau baik untuk kehidupan manusia. Keseluruhan hasil kerja akal budi itu di sosialisasikan  dan di di wariskan secara turun menurun dari generasi kegenarisi berikutnya itulah yang dinamakan kebudayaan.
Adat istiadat sebagai budaya adalah ciptaan manusia. Disebut namanya adat karena sudah dilakukan secara berulang-ulang dan sudah lazim lalu di anggap sebagai aturan yang harus di patuhi anggota masyarkat pemiliknya, penulis tidak sependapat dengan kelompok orang-orang kristen yang mengatakan bahwa adat tidak sesuai dengan alkitab.
Pada bahasan kedua tentang manulangi natua-tua yaitu memberi makan orang tua dengan menyuapkannya ke mulut. Itu dilakukan bukan karena orang tua itu tidak bisa mengambil sendiri, tetapi adalah sebagai penghormatan anak-anak pada orang tuanya.
Pada bahasan ketiga membahas tentang klasifikasi orang meninggal di adat dalihan natolu orang meninggal di sebut mate. Konotasi kata mate cukup netral. Lebih halus di sebut jomolo yang secara harfiah berarti lebih dulu.jadi ada pengklasifikasian untuk orang yang sudah mate, seperti mate panggol berarti seseorang yang meninggal pada umur sudah dewasa. Mate paralang-alangan sebutan bagi seseorang yang  meninggal ketika sudah menikah tetapi belum mempunyai anak, mate mangkar berarati seseorang yang meninggal tetapi masih meninggalkan keturan yang masih kecil-kecil, mate hatungganeon berarti seseorang yang meninggal  jika di lihat dari usianya sudah pantas bercucu, walaupun pada keadaan sebenarnya ia belum bercucu, mate saurmatua berarti seseorang yang meninggal telah bercucu, saur matua bulung yaitu seseorang yang meninggal sudah menjadi marnini dan marnono.  
Pada bahasan keempat yaitu ulos untuk yang meninggal. Ulos yang di berikan untuk orang yang meninggal banyak sekali jenisnya. Di berikan sesuasi dari pengklasifikasian diatas.
Pada bahasan kelima ini yaitu boan, ola, galang ni na mate, maksudnya sesorang yang meninggal saur matua, saur matua saur matua bulung sudah harus marboan artinya di acara adat pemberangkatan ke kubur  seekor ternak harus di sembeli.
Pada bahasan keenam ini yaitu sijagaron dan mardondon tua, maksudnya adalah ikatan dari bunga bakung(ompu-ompu) ranting pohon beringin (jabi-jabi) dan pimping sanggar. Ikatan ketiga jenis tanaman itu di himpun dalam sebuah kantong pandan lalu di letakkan di dalam bakul yang telah berisi padi dan di atas pada ini di taruh kemiri kegiatan ini di lakukan jika yang meninggal sudah bercucu.
Pada bahasan ketujuh tentang adat pemakaman. Terdapat di dalamnya upacara adat .
Pada bahasan kedelapan yaitu adat ungkap hombung atau pisa naganjang  tentang membagi warisan dari keluarga yang meninggal.
Pada bahasan kesembilan yaitu martunggu raja yaitu pertemuan keluarga besar dalihan natolu berbicara untuk menyepakati acara adat.
Pada bahasan kesepuluh yaitu pemberangkatan kekubur. Hari H pemberangkatan jenazah ke kuburan dapat di beagi beberapa acara, hal ini di sepakati dari kegiatan martonggo raja.
Pada bahasan sebelas yaitu tentang penghiburan ada 15 hari setelah di kubur seseorang yang telah meninggal, kerabat-kerabat yang terkait pada umumnya datang lagi ke rumah duka untuk mengadakan penghiburan.
Pada bahasan dua belas mangokal holi berarti menggali tulang belulang orang mati. Ada beberapa alasan mengapa tulang belulang orang yang sudah mati itu di gali kembali, pertama karena tempat berkubur itu sudah terdesak oleh lahan pertanian, jalanan dan  perkembangan kota. Alasan kedua untuk di pendahkan dan di kubur ke tambok na timbo atau akan disimpan di batu napir.
Pada bahasan ketiga belas yaitu tambak, batu napir dan tugu. Tambak yaitu dari gundukan pusara seseorang yang dikubur dapat diketahui sudah bercucu atau belum. Batu napir adalah bangunan yang terbuat dari bahan batu dan semen, yang didalamnya disediakan kapling-kapling kuburan untuk 5 atau 7 orang. Sedangkan tugu adakalnya digunakan untuk batu napir. Menurut penulis tugu tidak lah terkait dengan kuburan.
C.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU
· Kelebihan
Ø  Buku ini memberikan penjelasan yang sangat lengkap mengenai adat dalihan natolu serta menjelaskan aturan dalam pelaksanaan adat tersebut, saya sebagai pembaca sangat tertarik ketika membahas mengenai penghormatan yang tinggi kepada kedua orang tua dan selain itu nilai kekeluargaan dalam adat Dalihan natolu ini sangat solid ini terbukti pada sebuah pernyataan yaitu: “patuhlah terhadap peraturan di mana kalian tinggal tetapi jika bertemu sesama kita janganlah malu untuk berhasa daerah dan kita adalah bersaudara”. Dan buku ini selalu terdapat food note di setiap lembarannnya.
·  Kekurangan
Ø  Penulis sepertinya beranggapan bahwa yang membaca buku ini adalah orang dalihan natolu, sehingga penulis tidak banyak  menjelaskan makna dari  bahasa daerah yang di gunakan contohnya hula-hula, tulang rorobot, bere suhut dan banyak lagi.

D.    KESIMPULAN DAN SARAN
·      Kesimpulan
kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973b).
·      Saran
Menurut saya buku akan jauh lebih baik jika penulis menambahkan glosarium dan juga menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana saja.
DAFTAR PUSTAKA
Richard. 2013. Adat Dalihan Natolu.jakarta. Dian Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar