Selasa, 02 Oktober 2012

METODE PEMBELAJARAN PADA IPS


A.    Jenis-jenis Model Pembelajaran
Ada berbagai model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran IPS. Berikut beberapa jenis model pembelajaran adalah:
a.       Model Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan (PAKEM)
Menurut Dzaki (2009: 1) mengemukakan ”model PAKEM adalah salah satu model belajar-mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien tanpa tekanan dari pihak manapun”.
Menurut Ali (2009: 5) mengemukakan bahwa PAKEM adalah upaya yang dilakukan oleh guru dengan perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan penilaian yang pada praktiknya mencerminkan keaktifan siswa dalam belajar sehingga siswa dapat menguasai berbagai keterampilan belajar secara maksimal.
Dan dapat disimpulkan Model PAKEM adalah model belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru yang dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi aktif dan dapat menguasai keterampilan belajar secara maksimal.
b.      Model Pembelajaran Nilai
Menurut Macioni ( 1992 : 34 ) Nilai adalah standar yang dengannya warga suatu kebudayaan menentukan apa yang diinginkan atau tidak diinginkan, yang baik atau yang buruk, yang indah atau tidak indah.
Pembelajaran nilai yang sangat dikenal adalah melalui “Value clarification technique”. Value Clarification adalah pendekatan pendidikan nilai yang didasarkan pada tujuh langkah proses menilai. (Naylor dan Dien : 1987 : 356).
1.      Memilih dengan bebas.
2.      Memilih dari antara alternatif-alternatif, setelah mempertimbangkan rentangan pilihan yang ada.
3.      Memilih setelah pertimbangan yang mendalam konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari masing-masing alternatif.
4.      Menjunjung dan menghargai pilihan yang dipertimbangkannya paling penting dan paling berharga.
5.      Meyakini kebenaran nilai yang dipilihnya.
6.      Bertingkah laku konsisten dengan nilai yang dipilihnya.
7.      Bertingkah laku secara berulang-ulang konsisten yang dipilihnya.
Pendekatan “Value clarification technique” pada dasarnya bersifat induktif, berangkat dari pengalaman-pengalaman kelompok menuju ide-ide yang umum tentang pengetahuan dan kesadaran diri. Proses yang dilaksanakan dalam aktivitas kelompok, siswa mengkontraskan dan membandingkan dengan pandangan dan pengalaman siswa yang lainnya.
Ada berbagai tipe “Value Clarification”, beberapa diantaranya adalah seperti berikut:

1.      Rank Order
Tipe ini cocok untuk merangsang siswa mempertimbangkan alternative. Caranya kepada siswa diberi daftar pernyataan-pernyataan atau item. Mereka diminta meranking pernyataan-pernyataan dalam urutan, dengan berdasar pada posisi berlawanan (misalnya : paling penting, paling tidak penting, paling bermanfaat, paling tidak bermanfaat, paling diinginkan, paling tidak diingankan, dsb). Gunakan pernyataan-pernyataan memperjelas untuk mendorong siswa memperjelas jawaban mereka.
2.      Forced Choice
Kepada siswa disajikan serangkaian dengan pernyataan dengan paling sedikit  dua pilihan untuk masing-masing pernyataan. Bila siswa telah selesai membuat pilihan, guru membuat tally jawaban siswa yang dilakukan dengan mengacungkan tangan. Kemudian mendiskusikan jawaban dan menggunakan pernyataan-pernyataan memperjelas untuk mengeksplorasi kenalaran siswa.
3.      Check List
Dalam tipe ini guru menyajikan kepada siswa pernyataan atau situasi hipotek yang akan digunakan sebagai konteks dalam proses menilai. Kemudian pada siswa diberikan daftar yang berisi kata-kata ajektif untuk merespon pernyataan atau situasi yang hipotetik tersebut. Kata-kata ajektif ini bisa kata-kata yang positif (misalnya yang bermanfaat, penting, bagus, dsb) atau kata-kata yang negatif (jeles, tidak penting, tidak berguna, dsb). Kepada siswa diminta memberikan tanda misalnya tanda ce (v) pada kata-kata ajektif yang mencerninkan bagaimana perasaan siswa terhadap pernyataan atau situasi hipotetik yang disajikan pada siswa. Kata-kata ajektif yang positif atau yang negatif dipakai sebagai bahan diskusi.

c.       Model pembelajaran ekspisitori
Pada saat mempelajari.Guru banyak berbicara untuk menginformasikan bahan ajar kapada siswa, sementara siswa sebagai objek. Siswa menerima apa yang diceramahkan guru dan sambil mendengarkan penjelasannya siswa menulis apa yang diperintahkan guru, atau yang dianggap penting. Model pembelajaran ekspositori lebih tepat diterapkan pada siswa kelas satu atau kelas rendah. Guru menggunakan system satu arah karena anak kelas satu SD cenderung pasif. Mereka baru mampu menerima ceramah dari guru saja tapi belum mampu memberi umpan balik, lebih-lebih jika guru sudah mempersiapkan semuanya sehingga siswa sudah tertegun dengan penjelasan gurunya.
d.      Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.


e.       Model Pembelajaran Konsep
-          Konsep Model Pembelajaran Konsep
Konsep adalah merupakan kumpulan fakta-fakta yang memiliki korelasi kuat satu sama lain sehingga membentuk suatu pengertian yang utuh (Djahiri, 1978/1979). Hal tersebut berati bahwa konsep merupakan bayangan utuh yang terdiri dari serentetan fakta-fakta yang saling bertautan untuk menciptakan suatu pengertian yang utuh terhadap sesuatu.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru jika tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa, atau tidak dapat memenuhi target pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru, maka guru dapat melakukan berbagai bentuk pendekatan pembelajaran. Dengan demikian, maka kemampuan mengajar guru merupakan aktifitas yang harus dilakukan secara efektif agar siswa dapat memahami dan menguasai secara utuh materi pelajaranyang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu guru hendaknya banyak menguasai model pembelajaran yang bervariasi sehingga mampu memilih dengan tepat sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan serta sesuai dengan kemammpuan guru untuk menggunakannya.
Model mengajar dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan mengajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran untuk merencanakan dan melaksanakan aktifitas pengajaran (Sumaatmaja, 2008).
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah merupakan kerangka atau desain pembelajran yang dijadikan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegaitan belajar mengajar yang telah disusun dan dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini tetntu tetap bermuara kepada bagaimana guru dapat mengarahakan siswa agar dapat menguasai materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
-          Strategi Model Pembelajaran Konsep
Batasan jelas tentang Model Pembelajaran Konsep dikemukakan oleh Jamws Womack (1997) mengemukakan pengertian konsep sebagai ungkapan yang memiliki ciri-ciri menonjol dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Konsep tertentu dapat melahirkan suatu generalisasi atau suatu kebulatan pengertian. Jadi generaliasasi adalah hubungan antara dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat lengkap yang merupakan persyaratan deklaratif dan dapat dijasikan suatu prinsip atau ketentuan bagi segala sesuatu yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia.
Secara rinci Model Pembelajaran Konsep khususnya dikemukakan oleh Sumaatmaja (2008) sebagai berikut:
1. Mencari unsur-unsur yang termasuk ke dalam konsep tersebut dan mengelompokkannya. Pada langkah ini guru bersama dengan murid mencari dan menentukan pilihan pokok bahan yang termasuk lingkup konsep yang menjadi pilihannya.
2. Menentukan dan merumuskan tujuan intruksional
3. Memilih hal-hal atau situasi yang dapat mendukung tentang konsep tersebut serta memperlancar tujuan instruksional
4. Merencanakan dan mencari hal-hal yang diperkirakana membantu siswa dalam proses pemahaman dan pemantapan konsep
5. Mencari dan menetukan cara penyajian dan pengembangan proses internalisasi konsep secara lengkap.
Dalam melaksanakan model pembelajaran konsep beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti pada saat penentuan unsur-unsur atau pemilihan dan pengeorganisasian konsep perlu mempertimbangkan beberapa hal di ataranya adalah:
1. Validitas atau kebenaran dan kemamtapan konsep yang akan dipilih
2. Significanty atau mengandung nilai yang berhubungan dengan kepentingan dan tingkat kematangan siswa.
3. Durability atau faktor kelanggengannya
4. Balance atau kesimpulan yang mengharuskan guru memelihara pengembangan konsep tersebut baik lingkup maupun kedalamannya.
Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran konsep, siswa harus mampu mengemukakan pendapat dan pendiriannya tentang konsep tersebut. Jalan menuju hal tersebut dapat ditempuh melalui:
1. Verbal ekssposision (eksposisi lisan) dimana guru menuntun siswa untuk mengungkapkan dan menyatakan isi konsep yang diajarkan menurut bahasanya sendiri
2. Teknik perincian konsep dimana guru mengembangkan pokok isi konsep serta ciri dan percontohannya dan siswa diminta untuk melengkapi, meneruskan dan mennyempurnakan termasuk mengetahui kelebihan dan kekurangan. Hal ini dapat dilakukan oleh siswa baik melalui kelompok mampun secara individu.
Oleh karena itu dalam penerapan model pembelajaran konsep tentu sangat tergantung dari kemampuan guru terhadap seluk beluk konsep tersebut. Sehingga tidak muncul keraguan guru terhadap isi materi dan tidak sekedar memikirkan tekhnik pilihan penyajian materi semata. Jika demikian, maka siswa tidak dapat memperoleh bimbingan dari guru dalam melaksanakan atau megikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konsep.
Selain faktor tersebut di atas, dalam penerapan model pembelajaran konsep juga guru perlu mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran konsep seperti lingkungan beljar, media dan sumber belajar yang akan digunakan.

f.       Model Cooperative Learning
-          Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.
Semua anggota kelompok berusaha untuk saling menguntungkan sehingga semua anggota kelompok bisa:
1. Merasakan keuntungan dari setiap usaha teman lainnya. (Kesuksesan Anda bermanfaat bagi saya dan keberhasilan saya bermanfaat untuk Anda.)
2. Menyadari bahwa semua anggota kelompok mempunyai nasib yang sama. (Tenggelam atau mengapung kita bersama).
3. Tahu bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok. (Kami tidak dapat melakukannya tanpa Anda.)
4. Merasa bangga dan merayakan bersama ketika salah satu anggota kelompok mendapatkan keberhasilan (Kami semua merasa sukses atas kesuksesan anda. 




-  Keunggulan Cooperative Learning
Penelitian telah menunjukkan bahwa model cooperative learning:
• meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya.
• meningkatkan daya ingatan siswa
• meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar
• membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan
• mengembangkan keterampilan social siswa
• meningkatkan rasa percaya diri siswa
• membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif adalah:
Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Tingkah Laku Guru: Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase-2 Menyajikan informasi
Tingkah Laku Guru: Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Tingkah Laku Guru: Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Tingkah Laku Guru: Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5 Evaluasi
Tingkah Laku Guru: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6 Memberikan penghargaan
Tingkah Laku Guru: Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.



g.      Model-model Pembelajaran Terpadu
-          Pengertian Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan keterkaitan tema atau materi pembelajaran dalam suatu bidang atau dalam beberapa bidang studi, dengan maksud memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Melalui pembelajaran terpadu diharapkan anak memahami konsep yang mereka pelajari lewat pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang sudah mereka kuasai. Pembelajaran terpadu lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, dalam proses pembelajaran, dan pembuatan keputusan. Selain itu pendekatan pembelajaran terpadu akan lebih memungkinkan terwujudnya sesuatu kegiatan mengarah pada konsep yang dikemukakan oleh John Dewey yaitu Learning by doing (belajar sambil berbuat).
Berdasarkan uraian diatas maka pembelajaran terpadu dapat diartikan antara lain sebagai berikut:
1.      Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari satu bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2.      Pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling anak, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak.
3.      Pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4.      Pembelajaran melalui upaya merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik yaitu:
1.      berpusat pada siswa (student centered),
2.      proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung,
3.      pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5.      Bersifat fleksibel
6.      Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dankebutuhan siswa
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermaindan menyenangkan
Pembelajaran terpadu juga memiliki beberapa ciri, yaitu holistik, bermakna, dan aktif.
Holistik di sini maksudnya adalah ada suatu tema atau peristiwa yang dikaji dari sudut pandang berbagai bidang studi sehingga diperoleh pemahaman dari segala sisi (perspektif).
Bermakna di sini dimaksudkan bahwa pembelajaran tersebut memiliki saling keterkaitan antara konsep-konsep yang sedang dipelajari dan dalam bentuk/dapat diterapkan pada masalah nyata sehari-hari (real life problem).
Aktif berarti bahwa dalam pembelajaran terpadu  lebih dikembangkan berdasarkan pendekatan discovery-inquiry (penemuan-inkuiri), sehingga siswa melakukan aktivitas baik secara fisik (hands on) maupun secara mental (minds on).
Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R (1991: 61-65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah:
Kesatu, The Fragmented Model (model fragmen) Yaitu model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran atau model tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya pada satu catur wulan. Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan dan nilai. Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).
Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu dalam Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu. Keuntungan pembelajaran model ini adalah siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.
Kedua, The Connected Model (Model Terhubung), yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Fogarti (1991) menyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.
Keuntungan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
Ketiga, The Nested Model ( Model Tersarang) yaitu model pembelajaran terpadu yang merupakan pengintegrasian kurikulum dalam satu disiplin ilmu dengan memfokuskan pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh guru kepada siswa dalam satu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content) yang meliputi keterampilan berfikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23).
Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas. Kekrangannya adalah apabila taanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi targget dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi kabur.
Keempat, The Sequenced Model (Model Terurut) yaitu model pembelajaran dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran guru dapat menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran itu dalam topik yang sama atau relevan. Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna. Sedangkan kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
Kelima, The Shared Model (Model Terbagi) yaitu suatu model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang. Misalnya Matematika dan IPA disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan. Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam. Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
Keenam, The Webbed Model (Model Jaring Laba-laba) yaitu merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakan Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain.
Contoh dari penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
Keuntungan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Sedangkan kelemahan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
Ketujuh, The Threaded Model (Model Pasang Benang) yaitu model pembelajaran yamg menfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjrk. Misalnya untuk melatih keterampilan berpikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti pada komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan dan sebagainya.
Keuntungan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Sedangkan kelemahannya yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
Kedelapan, The Integrated Model ( Model Integrasi) yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang studi denggan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang studi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu mengatakan bahwa model integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan penyebrangan mata pelajaran mirip dengan model “Shared”. Model integrated memadukan mata pelajaran dengan latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata pelajaran tersebut.
Keuntungan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid. Sedangkan kelemahannya yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan tinggi, percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama.
Kesembilan, The Immersed Model ( Model Terbenam) yaitu model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, Ia juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini merupakan satu dari model yang memungkinkan pelajar menyeberang dan atau tetap di dalam mata pelajaran tenggelam dalam minat dan kemaunnya untuk belajar.
Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
Kesepuluh, The Networked Model ( Model Jaringan) yaitu model pembelajaran yang berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, TV, atau teman, kakak, orang tua dan sebagainya yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.

h.      Mengajar Keterampilan Berfikir
Keterampilan dalam berfikir merupakan salah satu tujuan dalam IPS. Salah satu model mengajar keterampilan berfikir adalah melalui inkuiri (ingiry model). Proses inkuiri ini berawal dari kesadaran siswa akan adanya masalah. Masalah tersebut dipecahkan dengan cara yang sistematis sampai muncul jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menjelaskan masalah tersebut.Langkah-langkah dalam inkuiri meliputi:
1.      Mendefenisikan masalah.
2.      Merumuskan hipotesis.
3.      Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis.
4.      Menganalisis dan menilai data.
5.      Menggunakan data untuk mengkonfirmasikan atau menolak hipotesa Naylor, Diem : 1987 : 251).
Pada setiap tahap inkuiri siswa harus terlibat aktif. Peran guru dalam inkuiri ini adalah (1) merangsang pengembangan inkuiri dan juga hipotesis, (2) membantu siswa mencari data yang relevan, (3) memberi petunjuk kepada siswa dalam memahami dan menggunakan proses inkuiri.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar