A. Jenis-jenis Model Pembelajaran
Ada berbagai model pembelajaran yang
bisa diterapkan dalam pembelajaran IPS. Berikut beberapa jenis model
pembelajaran adalah:
a. Model
Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan (PAKEM)
Menurut Dzaki
(2009: 1) mengemukakan ”model PAKEM adalah salah satu model belajar-mengajar
yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin,
sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien tanpa
tekanan dari pihak manapun”.
Menurut Ali
(2009: 5) mengemukakan bahwa
PAKEM
adalah upaya yang dilakukan oleh guru dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
diakhiri dengan penilaian yang pada praktiknya mencerminkan keaktifan siswa
dalam belajar sehingga siswa dapat menguasai berbagai keterampilan belajar
secara maksimal.
Dan dapat
disimpulkan Model PAKEM adalah model belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru
yang dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi aktif dan dapat menguasai
keterampilan belajar secara maksimal.
b.
Model
Pembelajaran Nilai
Menurut
Macioni ( 1992 : 34 ) Nilai adalah standar yang dengannya warga suatu
kebudayaan menentukan apa yang diinginkan atau tidak diinginkan, yang baik atau
yang buruk, yang indah atau tidak indah.
Pembelajaran
nilai yang sangat dikenal adalah melalui “Value clarification technique”. Value
Clarification adalah pendekatan pendidikan nilai yang didasarkan pada tujuh
langkah proses menilai. (Naylor dan Dien : 1987 : 356).
1. Memilih dengan bebas.
2. Memilih dari antara alternatif-alternatif, setelah
mempertimbangkan rentangan pilihan yang ada.
3. Memilih setelah pertimbangan yang mendalam
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari masing-masing alternatif.
4. Menjunjung dan menghargai pilihan yang
dipertimbangkannya paling penting dan paling berharga.
5. Meyakini kebenaran nilai yang dipilihnya.
6. Bertingkah laku konsisten dengan nilai yang
dipilihnya.
7. Bertingkah laku secara berulang-ulang konsisten yang
dipilihnya.
Pendekatan
“Value clarification technique” pada dasarnya bersifat induktif, berangkat dari
pengalaman-pengalaman kelompok menuju ide-ide yang umum tentang pengetahuan dan
kesadaran diri. Proses yang dilaksanakan dalam aktivitas kelompok, siswa
mengkontraskan dan membandingkan dengan pandangan dan pengalaman siswa yang
lainnya.
Ada
berbagai tipe “Value Clarification”, beberapa diantaranya adalah seperti
berikut:
1.
Rank Order
Tipe
ini cocok untuk merangsang siswa mempertimbangkan alternative. Caranya kepada
siswa diberi daftar pernyataan-pernyataan atau item. Mereka diminta meranking
pernyataan-pernyataan dalam urutan, dengan berdasar pada posisi berlawanan
(misalnya : paling penting, paling tidak penting, paling bermanfaat, paling
tidak bermanfaat, paling diinginkan, paling tidak diingankan, dsb). Gunakan
pernyataan-pernyataan memperjelas untuk mendorong siswa memperjelas jawaban
mereka.
2.
Forced Choice
Kepada
siswa disajikan serangkaian dengan pernyataan dengan paling sedikit dua pilihan untuk masing-masing pernyataan.
Bila siswa telah selesai membuat pilihan, guru membuat tally jawaban siswa yang
dilakukan dengan mengacungkan tangan. Kemudian mendiskusikan jawaban dan
menggunakan pernyataan-pernyataan memperjelas untuk mengeksplorasi kenalaran
siswa.
3.
Check List
Dalam
tipe ini guru menyajikan kepada siswa pernyataan atau situasi hipotek yang akan
digunakan sebagai konteks dalam proses menilai. Kemudian pada siswa diberikan
daftar yang berisi kata-kata ajektif untuk merespon pernyataan atau situasi
yang hipotetik tersebut. Kata-kata ajektif ini bisa kata-kata yang positif
(misalnya yang bermanfaat, penting, bagus, dsb) atau kata-kata yang negatif
(jeles, tidak penting, tidak berguna, dsb). Kepada siswa diminta memberikan
tanda misalnya tanda ce (v) pada kata-kata ajektif yang mencerninkan bagaimana
perasaan siswa terhadap pernyataan atau situasi hipotetik yang disajikan pada
siswa. Kata-kata ajektif yang positif atau yang negatif dipakai sebagai bahan
diskusi.
c. Model pembelajaran ekspisitori
Pada saat mempelajari.Guru banyak berbicara untuk
menginformasikan bahan ajar kapada siswa, sementara siswa sebagai objek. Siswa
menerima apa yang diceramahkan guru dan sambil mendengarkan penjelasannya siswa
menulis apa yang diperintahkan guru, atau yang dianggap penting. Model pembelajaran
ekspositori lebih tepat diterapkan pada siswa kelas satu atau kelas rendah.
Guru menggunakan system satu arah karena anak kelas satu SD cenderung pasif.
Mereka baru mampu menerima ceramah dari guru saja tapi belum mampu memberi
umpan balik, lebih-lebih jika guru sudah mempersiapkan semuanya sehingga siswa
sudah tertegun dengan penjelasan gurunya.
d.
Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu
model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama
yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari
metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan
suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi
hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya,
sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi
parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan
masalah.
Dengan mengutip dari Shaftel dan
Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran
meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih
peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan
pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan
evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II;
dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
e.
Model
Pembelajaran Konsep
-
Konsep
Model Pembelajaran Konsep
Konsep adalah merupakan kumpulan
fakta-fakta yang memiliki korelasi kuat satu sama lain sehingga membentuk suatu
pengertian yang utuh (Djahiri, 1978/1979). Hal tersebut berati bahwa konsep
merupakan bayangan utuh yang terdiri dari serentetan fakta-fakta yang saling
bertautan untuk menciptakan suatu pengertian yang utuh terhadap sesuatu.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru jika tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa, atau tidak dapat
memenuhi target pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru, maka guru dapat
melakukan berbagai bentuk pendekatan pembelajaran. Dengan demikian, maka
kemampuan mengajar guru merupakan aktifitas yang harus dilakukan secara efektif
agar siswa dapat memahami dan menguasai secara utuh materi pelajaranyang
disampaikan oleh guru. Oleh karena itu guru hendaknya banyak menguasai model
pembelajaran yang bervariasi sehingga mampu memilih dengan tepat sesuai dengan
materi pelajaran yang akan diajarkan serta sesuai dengan kemammpuan guru untuk
menggunakannya.
Model mengajar dapat diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
suatu kegiatan. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan mengajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran untuk merencanakan dan melaksanakan aktifitas pengajaran
(Sumaatmaja, 2008).
Dari definisi tersebut dapat
dipahami bahwa model pembelajaran adalah merupakan kerangka atau desain
pembelajran yang dijadikan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegaitan
belajar mengajar yang telah disusun dan dirancang sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini tetntu tetap bermuara kepada bagaimana
guru dapat mengarahakan siswa agar dapat menguasai materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru.
-
Strategi
Model Pembelajaran Konsep
Batasan jelas tentang Model
Pembelajaran Konsep dikemukakan oleh Jamws Womack (1997) mengemukakan pengertian
konsep sebagai ungkapan yang memiliki ciri-ciri menonjol dan tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Konsep tertentu dapat melahirkan suatu
generalisasi atau suatu kebulatan pengertian. Jadi generaliasasi adalah
hubungan antara dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat lengkap yang
merupakan persyaratan deklaratif dan dapat dijasikan suatu prinsip atau
ketentuan bagi segala sesuatu yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia.
Secara rinci Model Pembelajaran
Konsep khususnya dikemukakan oleh Sumaatmaja (2008) sebagai berikut:
1. Mencari
unsur-unsur yang termasuk ke dalam konsep tersebut dan mengelompokkannya. Pada
langkah ini guru bersama dengan murid mencari dan menentukan pilihan pokok
bahan yang termasuk lingkup konsep yang menjadi pilihannya.
2.
Menentukan dan merumuskan tujuan intruksional
3. Memilih
hal-hal atau situasi yang dapat mendukung tentang konsep tersebut serta
memperlancar tujuan instruksional
4.
Merencanakan dan mencari hal-hal yang diperkirakana membantu siswa dalam proses
pemahaman dan pemantapan konsep
5. Mencari
dan menetukan cara penyajian dan pengembangan proses internalisasi konsep
secara lengkap.
Dalam melaksanakan model
pembelajaran konsep beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti pada saat
penentuan unsur-unsur atau pemilihan dan pengeorganisasian konsep perlu
mempertimbangkan beberapa hal di ataranya adalah:
1.
Validitas atau kebenaran dan kemamtapan konsep yang akan dipilih
2. Significanty atau mengandung nilai yang berhubungan dengan kepentingan dan
tingkat kematangan siswa.
3.
Durability atau faktor kelanggengannya
4. Balance
atau kesimpulan yang mengharuskan guru memelihara pengembangan konsep tersebut
baik lingkup maupun kedalamannya.
Selain itu, dalam kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran konsep, siswa harus mampu mengemukakan
pendapat dan pendiriannya tentang konsep tersebut. Jalan menuju hal tersebut
dapat ditempuh melalui:
1. Verbal
ekssposision (eksposisi lisan) dimana guru menuntun siswa untuk mengungkapkan
dan menyatakan isi konsep yang diajarkan menurut bahasanya sendiri
2. Teknik
perincian konsep dimana guru mengembangkan pokok isi konsep serta ciri dan
percontohannya dan siswa diminta untuk melengkapi, meneruskan dan
mennyempurnakan termasuk mengetahui kelebihan dan kekurangan. Hal ini dapat
dilakukan oleh siswa baik melalui kelompok mampun secara individu.
Oleh karena itu dalam penerapan
model pembelajaran konsep tentu sangat tergantung dari kemampuan guru terhadap
seluk beluk konsep tersebut. Sehingga tidak muncul keraguan guru terhadap isi
materi dan tidak sekedar memikirkan tekhnik pilihan penyajian materi semata.
Jika demikian, maka siswa tidak dapat memperoleh bimbingan dari guru dalam
melaksanakan atau megikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran konsep.
Selain faktor tersebut di atas,
dalam penerapan model pembelajaran konsep juga guru perlu mempersiapkan segala
sesuatunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran konsep seperti
lingkungan beljar, media dan sumber belajar yang akan digunakan.
f. Model Cooperative Learning
-
Pengertian
Cooperative Learning
Cooperative learning adalah strategi
pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada
tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat
kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga
untuk membantu rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai
keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil
memahami dan melengkapinya.
Semua anggota kelompok berusaha untuk saling menguntungkan
sehingga semua anggota kelompok bisa:
1. Merasakan keuntungan dari setiap usaha teman lainnya. (Kesuksesan Anda
bermanfaat bagi saya dan keberhasilan saya bermanfaat untuk Anda.)
2. Menyadari bahwa semua anggota kelompok mempunyai nasib yang sama. (Tenggelam
atau mengapung kita bersama).
3. Tahu bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh orang lain dalam satu
kelompok. (Kami tidak dapat melakukannya tanpa Anda.)
4. Merasa bangga dan merayakan bersama ketika salah satu anggota kelompok
mendapatkan keberhasilan (Kami semua merasa sukses atas kesuksesan anda.
- Keunggulan Cooperative Learning
Penelitian telah menunjukkan bahwa model cooperative learning:
• meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya.
• meningkatkan daya ingatan siswa
• meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar
• membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan
• mengembangkan keterampilan social siswa
• meningkatkan rasa percaya diri siswa
• membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif adalah:
Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Tingkah Laku Guru: Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase-2 Menyajikan informasi
Tingkah Laku Guru: Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
Tingkah Laku Guru: Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Tingkah Laku Guru: Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5 Evaluasi
Tingkah Laku Guru: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase-6 Memberikan penghargaan
Tingkah Laku Guru: Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
g. Model-model Pembelajaran Terpadu
-
Pengertian Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan
pendekatan pembelajaran yang melibatkan keterkaitan tema atau materi
pembelajaran dalam suatu bidang atau dalam beberapa bidang studi, dengan maksud
memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Melalui pembelajaran terpadu
diharapkan anak memahami konsep yang mereka pelajari lewat pengalaman langsung
dan menghubungkan dengan konsep yang sudah mereka kuasai. Pembelajaran terpadu
lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, dalam proses pembelajaran,
dan pembuatan keputusan. Selain itu pendekatan pembelajaran terpadu akan lebih
memungkinkan terwujudnya sesuatu kegiatan mengarah pada konsep yang dikemukakan
oleh John Dewey yaitu Learning by doing (belajar sambil berbuat).
Berdasarkan uraian diatas maka pembelajaran terpadu
dapat diartikan antara lain sebagai berikut:
1. Pembelajaran
yang beranjak dari suatu tema tertentu yang digunakan untuk memahami
gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari satu bidang studi yang
bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2. Pendekatan
pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia
nyata di sekeliling anak, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak.
3. Pendekatan
pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
simultan.
4. Pembelajaran
melalui upaya merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang
studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran. Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai
suatu proses mempunyai beberapa karakteristik yaitu:
1.
berpusat pada siswa (student centered),
2.
proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman
langsung,
3.
pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
4.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5.
Bersifat fleksibel
6.
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dankebutuhan
siswa
7.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermaindan
menyenangkan
Pembelajaran
terpadu juga memiliki beberapa ciri, yaitu holistik, bermakna,
dan aktif.
Holistik di
sini maksudnya adalah ada suatu tema atau peristiwa yang dikaji dari sudut
pandang berbagai bidang studi sehingga diperoleh pemahaman dari segala sisi
(perspektif).
Bermakna di
sini dimaksudkan bahwa pembelajaran tersebut memiliki saling keterkaitan antara
konsep-konsep yang sedang dipelajari dan dalam bentuk/dapat diterapkan pada
masalah nyata sehari-hari (real life problem).
Aktif berarti
bahwa dalam pembelajaran terpadu lebih dikembangkan berdasarkan
pendekatan discovery-inquiry (penemuan-inkuiri), sehingga siswa melakukan
aktivitas baik secara fisik (hands on) maupun secara mental (minds
on).
Adapun
model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R
(1991: 61-65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh
model pembelajaran terpadu tersebut adalah:
Kesatu, The Fragmented Model (model fragmen) Yaitu
model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran atau model
tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran.
Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh,
misalnya pada satu catur wulan. Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika
siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang
pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep,
pemahaman suatu kajian, keterampilan dan nilai. Contoh: dalam satu pelajaran,
terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill),
dan peta konsep (organizing skill).
Menurut
Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu
dalam Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui
kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar
siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki
kemampuan atau kecakapan tertentu. Keuntungan pembelajaran model ini adalah
siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran,
ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia
belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan
atau integrasi dengan konsep sejenis.
Kedua, The Connected Model (Model Terhubung), yaitu
dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan
topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini
penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu
sendiri. Fogarti (1991) menyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat isi
mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep dengan
konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau
direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di
dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan
memahami hubungan secara otomatis.
Keuntungan
yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar ide-ide
dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan
luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh
karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
Ketiga, The Nested Model ( Model Tersarang) yaitu
model pembelajaran terpadu yang merupakan pengintegrasian kurikulum dalam satu
disiplin ilmu dengan memfokuskan pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin
dilatihkan oleh guru kepada siswa dalam satu unit pembelajaran untuk
ketercapaian materi pelajaran (content) yang meliputi keterampilan
berfikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill),
dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23).
Kelebihan
model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam
pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang
penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru
dapat memadukan kurikulum secara luas. Kekrangannya adalah apabila taanpa
perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi targget dalam
suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi
kabur.
Keempat, The Sequenced Model (Model Terurut) yaitu
model pembelajaran dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran guru dapat
menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran itu dalam
topik yang sama atau relevan. Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan
topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada
hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa
memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna. Sedangkan
kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas
semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai
peristiwa terkini.
Kelima, The Shared Model (Model Terbagi) yaitu
suatu model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disiplin ilmu yang
memayungi kurikulum silang. Misalnya Matematika dan IPA disejajarkan sebagai
ilmu pengetahuan. Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai
langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat
disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang
tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam. Sedangkan
kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen
pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula
yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang
mendalam.
Keenam, The Webbed Model (Model Jaring Laba-laba)
yaitu merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik. Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu
menyatakan Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan
mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum
dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian
konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk
mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”,
“penyelidikan”, dan lain-lain.
Contoh dari
penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema
misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke
dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai,
bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA,
dan Bahasa.
Keuntungan
pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor
motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar,
faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang
didasarkan pada minat siswa. Sedangkan kelemahan model ini adalah banyak guru
sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga
kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan
sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
Ketujuh, The Threaded Model (Model Pasang Benang) yaitu
model pembelajaran yamg menfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau
yang berpotongan dengan inti materi subjrk. Misalnya untuk melatih keterampilan
berpikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi
yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti pada komponen
memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah
bacaan dan sebagainya.
Keuntungan
dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang
menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap
murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan
datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Sedangkan kelemahannya
yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga
secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata
pelajaran satu dengan yang lainnya.
Kedelapan, The Integrated Model ( Model Integrasi)
yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang studi denggan cara menemukan
keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang
studi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Padmono
dalam bukunya Pembelajaran Terpadu mengatakan bahwa model integrated
kurikulum menyajikan satu pendekatan penyebrangan mata pelajaran mirip dengan
model “Shared”. Model integrated memadukan mata pelajaran dengan latar
prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan,
konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata pelajaran tersebut.
Keuntungan
dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara
macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses
diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk
hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan
belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi
murid. Sedangkan kelemahannya yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh;
membutuhkan keterampilan tinggi, percaya diri dalam prioritas konsep,
keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran; dan
membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama.
Kesembilan, The Immersed Model ( Model Terbenam) yaitu
model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek.
Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain
Biologi, Kimia, Komputer, Ia juga harus mempelajari fisika dan setiap mata
pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini merupakan satu dari model yang
memungkinkan pelajar menyeberang dan atau tetap di dalam mata pelajaran
tenggelam dalam minat dan kemaunnya untuk belajar.
Kelebihan
dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang
berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa
lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu
dengan yang lainnya. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah siswa yang
tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini,
sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
Kesepuluh, The Networked Model ( Model Jaringan)
yaitu model pembelajaran yang berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli
dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran
yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung
mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet,
TV, atau teman, kakak, orang tua dan sebagainya yang dianggap ahli olehnya.
Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar
karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Kelebihan
dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua
mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Sedangkan kelemahannya
adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran
menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari
sumber.
h. Mengajar Keterampilan Berfikir
Keterampilan
dalam berfikir merupakan salah satu tujuan dalam IPS. Salah satu model mengajar
keterampilan berfikir adalah melalui inkuiri (ingiry model). Proses inkuiri ini
berawal dari kesadaran siswa akan adanya masalah. Masalah tersebut dipecahkan
dengan cara yang sistematis sampai muncul jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk menjelaskan masalah tersebut.Langkah-langkah dalam
inkuiri meliputi:
1.
Mendefenisikan
masalah.
2.
Merumuskan
hipotesis.
3.
Mengumpulkan
data untuk menguji hipotesis.
4.
Menganalisis dan
menilai data.
5.
Menggunakan data
untuk mengkonfirmasikan atau menolak hipotesa Naylor, Diem : 1987 : 251).
Pada
setiap tahap inkuiri siswa harus terlibat aktif. Peran guru dalam inkuiri ini
adalah (1) merangsang pengembangan inkuiri dan juga hipotesis, (2) membantu
siswa mencari data yang relevan, (3) memberi petunjuk kepada siswa dalam
memahami dan menggunakan proses inkuiri.